Rabu, 26 Januari 2011

Tarawih malam pertama.

Alhamdulillah, Engkau yang telah mempertemukan aku dengan keagungan Ramadhan tahun ini. Kuawali dengan saling maaf memafkan antara anggota keluarga, dilingkungan kerja dan tetangga, terlebih dalam jemaah majelis taklim masjid dikampung. Malam Rabu yang lalu di masjid kami melakukan shalat jamaah tarawih yang pertama, artinya hari Rabu  mulai puasa. Setelah tarawih, diadakan doa bersama menyambut datangnya bulan Ramadhan dan mendoakan saudara2 yang telah meninggal, lalu saling berjabat tangan bersalawat dan saling maaf memaafkan.  Tak lupa masing2 membawa makanan 1 - 3 bungkus untuk dibagikan pada akhir doa kesemua jamaah yang hadir. Kegiatan ini rutin dilakukan setiap tahun dan merupakan kesepakatan ta'mir masjid dan tidak ada keharusan apalagi paksaan untuk membawa makanan. Semuanya berjalan damai seperti di masjid2 pada umumnya. Ada juga yang memanfaatkan kesempatan ini mendaulat imam masjid untuk meresmikan/mendoakan bayi yang baru diberi nama. Barangkali itu kiat supaya didoakan orang banyak tanpa mengundang kerumah, murah meriah eeuiii....dan ketika pulang, masing2 jamaah membawa tiga bungkus makanan (berkat). Lho, padahal aku cuma modal satu bungkus..ini bukti bahwa majelis dzikir seperti ini membawa rezeki juga...hehehe....ini bisa juga jadi barometer bahwa kaum muslim ditempatku tidak kekurangan makan, setidaknya malam itu. Bagaimana ditempatmu?

Dalam kurun waktu setahun ini mungkin sudah tiga atau empat tetanggaku yang biasanya bertemu setiap berjamaah tarawih, bulan ini tidak terlihat lagi sosoknya. Mereka sudah dipanggil menghadapMu beberapa waktu yang lalu. Salah seorang diantaranya adalah orang tua tokoh masyarakat dikampung kami, yang tak pernah meninggalkan shalat jamaah lima waktu walau sudah sepuh dan kondisi badannya sakit dan lemah. Ia seperti mencontohkan ketegaran seorang ahli ibadah yang tak menyerah dengan kondisi tubuhnya. Sesekali aku menuntunnya berjalan pulang menuju rumahnya disamping masjid, lalu senyumnya yang tulus dilayangkan setelah sampai didepan pintu rumahnya. Mungkin ia ingin mengucapkan terimakasih...atau berpesan padaku..nak jangan tinggalkan shalat lima waktu. Insya Allah.

Dan seorang lagi tokoh masyarakat dan tokoh agama yang menjadi salah satu imam masjid kami, yang pada akhir hayatnya juga menunjukan semangatnya untuk berusaha shalat wajib lima waktu berjamaah dimasjid walaupun rumahnya cukup jauh dari masjid. Masih teringat malam terakhir beliau berjamaah shalat Isya, beliau masih bercanda dengan sesama imam masjid sesepuh kampung kami. Selesai shalat mereka saling bersalaman dan berulang kali mencium tangan sendiri setelah diusapkan kebadannya. Seperti ada sesuatu yang aneh pada aroma tangannya. Hal itu belum pernah terjadi sebelumnya. PAgi hari ketika kami shalat subuh beliau tidak nampak lagi. Ada kabar malam harinya meninggal dalam perjlanan dibawa kerumah sakit. Innalillahi wainailaihi rojiun. Allah pasti janjinya,...untuk orang2 sepereti mereka adalah kedamaian dalam kuburnya.

Malam ini malam ketiga berjamaah tarawih, kembali aku dipacu untuk menaklukan sisi buruk kemauan hawa nafsuku untuk tidak berjamaah. Bagaimana tidak? lampu mati, anak istriku tidak ada yang beranjak kemasjid, habis shalat maghrib makan terus tergolek diatas kasur...kekenyangan..Masya Allah...tapi aku tetap mengajak walaupun tidak berhasil. Akhirnya aku berangkat sendiri, tetangga kanan kiriku juga tidak (hobi) berjamaah dimasjid. Ya Allah semoga Engkau memberi hidayah kepada mereka. Aku mungkin dipandang sebelah mata oleh mereka, karena barangkali mereka berpendapat urusan akherat itu urusan masing2...memang benar, tapi kita tidak mengubur diri sendiri kalau mati, dan orang lain juga yang akan mengurus jenazah orang mati. Lebih dari itu, sia-sia Ramadhan jika tidak  bermakna dan dimaknai. Sudah bertahun-tahun hal ini berjalan...belum ada perubahan pada diri mereka. semoga malam ini di bulan yang suci  mereka terketuk hatinya untuk beranjak ke Masjid.

Di Masjid banyak orang, lampu terang karena ada generator, tetangga jauh tetangga dekat sesama muslim yang sadar akan siapa dirinya berkumpul disana untuk berjamaah Isya dan tarawih. Ini Kuasa Allah yang mengumpulkan orang2 di Masjid,. Kalau bukan karena pertolongan Mu, tidak mungkin orang2 berkumpul disana, tua muda laki perempuan bersemangat, hingga nampak sendalnya berjejer berbaris dipintu samping kanan kiri dan belakang masjid. Biarlah memang kenyataan jika malam sepuluh yang pertama masjid selalu penuh, sepuluh yang kedua mulai berkurang terutama anak2, sepuluh yang terakhir tinggal yang sepuh2 dan beberapa santri, sementara ibu2 tinggal satu dua, biasanya mereka mulai sibuk mempersiapkan menu dihari raya.  Nanti Lebaran masjid penuh lagi...usai lebaran yang berjamaah satu saf lagi.....jangan berkecil hati jadi bagian yang satu saf. Jangan menyerah... Syetan akan terbahak-bahak jika kita menyerah. Mending ditertawakan Allah karena kita tertatih-tatih memenuhi panggilanNya, bersujud mengulang-ulang doa, meminta-minta....biarlah Allah mentertawakan kita.....Jangan engkau mentertawakan Dia kalau engkau tidak ingin murka Nya. Jika ada yang merasa hidup telalu pendek untuk berbuat kebaikan, maka pada bulan inilah saatnya memperpanjang umur. Bukankah dalam bulan Ramadahan ada satu hari yang nilainya sama dengan seribu bulan alias 83 tahun? Bayangkan jika kita berbuat kebaikan pada hari yang istimewa itu....doa kita dikabulkan, dosa kita diampuni...amalan kita dilipat gandakan 100 000 kali....seandainyapun kita mati setelah Ramadhan, Allah akan ridho...karena kita dalam keadaan suci. Ada yang mau membuktikan? Wallahu 'Alam. 



BUahnya berguguran tak bermakna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar