Rabu, 26 Januari 2011

Melihat aktivitas menjelang usia senja.....

Pagi hari Sabtu, bukan hari kerja alias libur jam 8 pagi, mas Budi mengingatkanku lewat sms. Dy menulis dengan bhs jawa yang diserap dari dialek wong jaseng : "Tri siap2 iki arep ning ladang dino iki arep diluku....". Belum sempat aku membalas, Canon in D-2 menyapaku, saat itu aku sedang melanngsungkan ritual pagi...: B A B (hahahaha)...aku angkat sony ericson warisan mas arif yang sebelumnya disodorkan tangan bojoku lewat pintu KM (kebiasaan kalian gitu jg kan), ternyata mas Budi yang menghubngiku, " Tri dimana? siap2 ya pagi ini kita ke ladang .." seperti mengulang smsnya, sambil ngeden kujawab..: "he ehhhhh....ya aku tunggu ya ...aku adus ndisik".
Jam 8.30 aku sudah siap pergi,aku angkat kotak hitam mau sms nanyain sdh dimana mas Budi...mendadak bojoku masuk kedalam rumah memberitahuku ada temen datang, aku melangkah kedepan ..dan tidak salah dugaanku pasti mas Budi, ia baru saja memarkir bebek plat merah dihalaman depan. Pakai kaca mata bening yang terkesan cuma assesoris tambahan dikepala...tapi aku paham, fungsinya sebagai penghalang debu jalanan masuk kemata karena helemnya sudah tidak tertutup kaca pilem lagi. 

Umur mas Budi sebaya denganku...mungkin lebih muda setahun. Rambutnya sudah kelihatan beruban ,sama sepertiku, cuma kelihatan uban mas Budi lebih menonjol seperti mie bihun..., ubanku terkesan seperti kembang jambu yang jatuh dikepalaku....hahaha ga ada bedanya..pertanda nggak muda lagi. Mas budi mempertahankan kumisnya sampai sekarang dari sejak aku kenal dulu 6 th yl. Sedang aku sudah mulai terbiasa mencukur kumisku seminggu sekali dan membiarkan jenggotku menggantung didaguku sehingga aku disibukan sesekali untuk merapikannya supaya tidak nampak kusut amat...hahahaha...nggak perlu kesalon. Cukup pegang gunting didepan kaca...itu tentang kebiasaanku sebulan sekali. 

Lalu kenapa mas Budi sampai nyamperin aku ngajak ke ladang? tumben?... Sebetulnya rencana ini sudah seminggu yang lalu, tapi batal...waktu itu aku layat dekat rumah mas Sukis di Karang anyar, aku usahakan jam 9 sudah pulang dirumah...tapi karena mampir silaturahim dirumah mas Sukis aku sampai dirumah jam 10. Mas Budi sempat keliling nyari rumahku nggak ketemu...karena lama nggak kerumahku jadi jalannya lupa...dan kita nggak 'seketemuan'..tapi kebetulan rencana keladang memang diundur minggu ini.

Perjalanan terhambat -+ 10 menit karena bojoku sudah membuatkan teh hangat dan kami menghabiskannya...sebelum akhirnya kami berangkat dengan bebek plat merah masing2 langsung ketempat apa yang dikatakan mas Budi sebagai ladang itu. Gambaranku tentang ladang itu tak jauh beda dengan yang ada diotak...sawah...ya sawah..seperti didepan rumahku yang telah selesai dipanen, atau seperti sawah mbah Yit di dusun Sidosari Lampung selatan sana yang sampai saat ini belum kutengok sejak musim panen tahun lalu. Bukan seperti kebon tangkil dekat taman bumi kedaton batu putu tempat mas budi biasa menghabiskan week endnya dikebon durennya kalau lagi musim. 

Ya..lepas 1kilo dari jalan kampung kami melewati jembatan kayu yang melintasi sungai kecil berair keruh, hamparan sawah mulai terbentang didepan mata...bekas dipanen -+ sebulan yang lalu . Tumpukan jerami menggunung kering...ada yang sudah dibakar. Kami menyusuri jalan tanah semakin ketengah meninggalkan kampung sehingga seperti ditengah lautan...sesekali nampak pak tani dengan sapinya membajak sawah, sesekali melihat sapi merumput, dan ada beberapa tenda dengan sekumpulan orang yang masih menyelesaikan panen padi yang tersisa. Sepanjang jalan jarang sekali pohon berdiri..puanas matahari sudah mulai menyengat... 

Disana...seperti ditengah lautan ( emang dah pernah ditengah lautan...yahhh kayak dikapal very merak bakauheni gitu loh ) ditengah ratusan hektar sawah, ada lima orang sudah (menunggu) mulai aktivitasnya menyiapkan traktor untuk membajak sawah. Ini surprise...Pak Hono senior kami yang baru sebulan ini pensiun, dan mas Jum sudah disana sejam yang lalu bersama tiga orang buruh tani.

Aku bergabung ditengah2 mereka setelah memarkir motor dijalan. Mereka menyambut hangat kedatangan kami. Kami berbincang bincang sambil persiapan membajak sawah. Mulailah informasi bermunculan diantara kami sekitar lokasi tempat kami berdiri, Informasi tentang beberapa sudut pandang yang aku pertanyakan, tentunya mereka bertiga yang memang tinggal dikampung tidak jauh dari sawah itu tahu persis nama wilayah yang kami pertanyakan, sehingga aku bisa meraba dimana tepatnya posisi kami berdiri. Aku bisa memastikan, cuma perkiraanku setelah aku baca peta maka posisi mendekati akurat kami berdiri diwilayah seberang Jl.RA Basid atau masih dilingkar RA Basid dengan jalan Ratudibalau Tanjungsenang.

Jam 10, panas mulai menggigit kulit.... Traktor sudah mulai dioperasikan oleh ketiga orang petani secara bergantian. Aku, Mas Budi , mas Jum mengawasi dari sudut sawah pinggiran jalan. Disekitar kami berdiri tidak ada pohon ataupun gubug buat berteduh. Mas Budi mulai kreatif...dicarinya beberapa batang bambu ditengah sawah dekat tumpukan jerami, lalu dipasang diatas gerobag. Tapi idenya kurang diterima oleh petani kita , mereka mengambil alih dengan ditancapkannya batang bambu itu disawah lalu dipasang terpal biru diatan tiang bambu itu. Jadilah tenda penghalang terik matahari, sehingga kami bisa berteduh dibawahnya. 

Mas Jum berdiri dari tenda, kakinya lebih dahulu beranjak kearah tumpukan jerami ditengah sawah. Dia membakarnya sedapat mungkin dengan bantuan angin, tapi kurang berhasil karena tumpukan jerami itu masih ada yang basah.asapnya membumbung kelangit seperti suku pedalaman memberi tanda kedunia luar supaya keberadaan mereka diketahui orang lain. Mas Budi menyusul ketumpukan jerami yang lain yang belum habis dibakar. Tapi usahanyapun kurang maksimal untuk membakar habis jerami yang masih menumpuk dipermukaan sawah yang akan dibajak itu, karena masih lembab. Akhirnya saran ketiga petani itu agar disebar ratakan saja disawah dan dibolak balik oleh traktor dibenamkan kedalam tanah dijadikan pupuk. 

Pa Hono bergerak tidak mau diam, dia kekota mencari tangki penyemprot dan obat pestisida. Sepertinya hari ini pembajakan sawah harus selesai dan penggaruan bisa dimulai tekadnya. Bahkan kalau bisa tanam hari ini?? Bukan main semangatnya bapak kita ini. Kejar setoran kali. Aku dengar gaji pensiuanannya sudah diserahkan ke bank untuk diambil karena mobil Xenia sudah nongkrong dirumahnya. Wuihhh....selama ini kekantor nerimo nganggo motor bebek plat merah. Saiki bar pensiun nekad tuku mobil nganggo gaji pensiunan...weh..tapi maklum bro, parine nang gudang segunung, anak2e wis do kerjo kabeh, wes do podo nduwe omah dewe2....kebon singkonge hektaran...wah sukses bro...yo aku melu bungah...neng ojolali pade karo mesjide neng sebelah omah. Ben subuh ditiliki, ngimami jemaah...ndelok yuswane wis wangun dadi pendito, kapan mangkat haji pade? sadeluk neh...

Hufftt..sebenarnya kenapa si aku diajak kluyuran kesawah sama mas Budi panas2 gini. Jadi begini bro....setengah bulan yang lalu dia ngajak gabung kongsi nanam jagung. Luas sawah ada sekitar 2,5 HA, lokasinya seperti yang aku sampaikan pada laporan pandangan mata diatas. Dapat ditempuh -+ 20 menit dari kampungku. Sementara ini aku tidak dapat mengimformasikan milik siapa sawah itu....
Siapa penggagas awal kegiatan ini? Persisnya aku nggak tau, tapi aku yakin sumbernya adalah seniorku pa Hono. Orang yang baru sebulan yang lalu menerima SK pensiun dari pa Gub. Memang kiprahnya didunia perkongsian pemanfaatan tanah sudah banyak dikenal kawan sekantor maupun dikampungnya. Apalagi semenjak posisinya jadi pns sudah dilengserkan karena umur sudah kadaluarsa to?? Semangatnya untuk bekerja tidak kendor, malah terkesan sekarang ia baru bekerja yang sebenarnya. Lho???....laiya to wong jawa emang cocok jadi petani...kulitnya aja udah coklat gosong...saba neng sawah terus.

Bagiku ini sebuah tantangan sekaligus sebagai bentuk solidaritas sesama orang tua yang sadar akan ekonomi keluarga. Mas budi memang tidak serta merta mengajakku bergabung, tapi ajakan untuk melihat aktivitas pengolahan sawah itu dimulai ketika dikantor ada tamu dari Indobic Bogor yang antara lain memperkenalkan bibit jagung varietas unggul terbaru. Diluar pertemuan itu mas Budi mengemukakan niatnya akan kerja bareng pa Sihono menanam jagung. Tapi tentu saja kita belum bisa menggunakan bibit baru itu, karena di lampung Indobic melaunching pada pertengahan bulan Juni yad. Jadi akan digunakan biibit yang sudah beredar dipasaran antara lain Bisi-2.

Pemahamanku tentang pertanian memang tidaklah secanggih sarjana pertanian. Aku cuma orang awam yang biasa terima jadi. Seperti beras yang selama ini kumakan, sayuran hijau yang selama ini terserak dimeja dapur lalu dimasak oleh istri kita atau makanan yang kita beli diwarung. Dan pertanian itu sekedar menanam merawat dan panen. Bukan seperti yang diajarkan dibangku kuliah, atau dimajalah pertanian. Yang penuh dengan kode2 kimiawi, jenis bibit unggul dan penyakit tanaman, pupuk obat2an dan hitungan2 rasio pengeluaran dan pendapatan dari hasil penanaman. Aku memang pernah baca informasi tentang pertanian, tapi jujur aku nggak paham betul. Bacaan tinggal bacaan. 

Jangankan teori, praktek yang biasa dilakukan oleh petanipun aku tidak paham. Berapa ukuran/jarak tanam yang baik, jangka waktu pemupukan yang baik, dosis pemupukan, penanggulangan hama, dan proses penanamannya hingga umur berapa bisa dipanen. Memang semua ada petunjuk didalam brosur suatu produk. Tapi teori dan pengalaman tetaplah sangat penting untuk dijadikan pertimbangan yang matang untuk memulai sesuatu. Itulah hal yang tidak aku pikirkan masak2. Yang penting gabung aja. Semangat untuk meraih keuntungan dari peluang inilah yang aku rasakan. Tapi juga tidak mau mengambil resiko terlalu tinggi mengalami kegagalan dikemudian hari.....Ya Allah engkau maha berkehendak...semoga niat dan langkah kami mendapat ridhaMu.. (bersambung)














Tidak ada komentar:

Posting Komentar